EUR/USD Merespons Data GDP Zona Euro
Pasangan mata uang EUR/USD bergerak nyaris flat dalam kisaran sekitar 1.1815, menyusul rilis data GDP Zona Euro (preliminer) yang selaras dengan ekspektasi pasar. Nilai tukar Euro malah cenderung melemah terhadap poundsterling dan yen Jepang. Pasalnya, ada beberapa kekhawatiran baru yang menekan sentimen risiko pasar, termasuk terkait peningkatan jumlah kasus COVID-19 di benua Eropa.
Eurostat melaporkan pertumbuhan ekonomi -12.1 persen (Quarter-over-Quarter) pada kuartal II/2020, atau mencatat -15.0 persen dalam basis tahunan (Year-on-Year). Keduanya sama persis dengan ekspektasi awal. Kabar baik hanya muncul dari surplus Neraca Perdagangan yang meningkat dari 9.4 Miliar menjadi 21.2 Miliar pada bulan Juni, mengungguli estimasi 12.6 Miliar. Tapi outlook ke depan dibayangi lebih banyak ketidakpastian.
“Kenaikan kasus (infeksi virus Corona) di negara-negara Eropa mulai menumbuhkan ketakutan akan karantina wilayah baru di Jerman, Spanyol, dan Prancis. Kurangnya kemajuan pembahasan paket stimulus baru di Kongres AS sebelum reses musim panas telah mendinginkan para peminat bullish, karena S&P500 mendekati rekor tertinggi sepanjang waktu, dan data China yang beragam juga tidak membantu,” kata Neil Wilson, kepala analis pasar di Markets.com.
Pembahasan stimulus fiskal tambahan di parlemen AS terpaksa disuspen hingga pertengahan September mendatang. Upaya negosiasi hingga akhir pekan lalu masih berbuah nihil, padahal perekonomian membutuhkan suntikan dana sesegera mungkin demi mempertahankan momentum pemulihan pasca-pandemi. Sentimen risiko global ikut terseret oleh kekhawatiran akibat minimnya peluang pengesahan stimulus fiskal AS dalam waktu dekat.
Dibandingkan AS, Eropa telah lebih jauh lebih dulu menggolkan paket stimulus masifnya yang akan terus digelontorkan sampai tahun depan. Hal ini menempatkan Euro dalam posisi lebih kuat daripada USD. Tapi, reli sudah mulai kehabisan momentum lantaran buruknya sentimen pasar.
“Agustus mungkin akan berakhir degan badai, bagi pasar dan bagi cuaca Inggris. Tapi untuk sekarang, arus panas masih menerpa,” ujar Kit Juckes dari Societe Generale, “Korelasi antara Euro dan pasar ekuitas berada dalam tingkat tertinggi dibandingkan kapanpun sejak drama tapering The Fed dan pergeseran ECB ke suku bunga negatif dan QE.”
-intan
No comments